TRIP TO GAMPLONG STUDIO

by - Oktober 06, 2019


(EPS. RUMAH DITA)


Tidak ada niatan memang untuk bertandang ke rumah kawanku yang baik ini. Selepas kelas Ekonomi Pembangunan, kita memutuskan untuk pergi keKulon Progo. Memang grup kami, Perserikatan Bacot-Bacot berisi 10 ekor manusia, tapi kami hanya pergi 6 orang karena yang lain memiliki kesibukan masing-masing (Sok sibuk iuh najis). Beberapa dari kami ada Ary si Buaya Darat paling eksis, nadia , dita , afla dan anita si biang kiper paling jos. Sebenarnya memang kami gabut sekali waktu itu, dan beberapa waktu lalu juga dita memamerkan spot foto sunset, persawahan duniawi dan beberapa foto buah lutis , jadi kami tertarik.



Sesampai disana, kami disuguh mi ayam ( iya bayar sendiri kok -_ ). Ditengah teriknya panas & berontaknya si perut, kami akhirnya memutuskan makan siang di pinggir jalan. Lumayan pemandangan jalanya indah, suara kendaraan berhilir-mudik diiringi sayup angin persawahan. Setelah menghabiskan porsi mi ayam, tiba-tiba afla punya ide “es krim keknya enak”. Saya mengiyakan idenya, lalu kami mencari kang es krim. Ditengah panasnya cuaca saat itu, melihat feezer Aice ice cream terpampang dipinggir jalan mebuat saya spontan berteriak, “Aiceee !!!”   Iya maaf, bikin malu. Terimakasih dita, atas sponsor aice nya. Saya sangat menghargai kebaikanmu mentraktir kami.

Singkat cerita, ternyata disekitar pemukiman ada spot foto instagrammable bernama Gamplong Studio. Sebuah tempat yang berisi bangunan-bangunan dengan tema kolonial atau Belanda. Wah, antusias sekali saya memfoto arsitektur disana. Menurutku mengunjungi Gamplong Studio, membuat kita teringat akan sejarah & perjuangan pahlawan (bacot). Kita disibukan dengan potret memotret. Ada beberapa hal unik, misalnya dari 3 hape yang digunakan untuk foto ( Hape si buaya, biang kiper , dan hape saya sendiri), ternyata hanya ada 4 foto saya -_. Aduh, parah mereka.






Setelah perfotoan duniawi selesai, kami memutuskan kembali ke rumah dita. Sore itu matahari tertutup awan, sehingga sunset terlihat samar. Meski demikian, suasana sore itu menyimbolkan kedamaian. Begitu juga suasana hati kami saat itu.








"Mau lihat kereta ngga?", begitu pertanyaan si dita. Kereta? Tiap hari lihat kali. Ternyata beda guys, melihat kereta disini dengan yang ada diperkotaan. Disini terasa sangat spesial, karena posisi rel kereta berada di tengah persawahan dilengkapi sungai kecil. Ditambah posisi adalah menjelang mahrib, sungguh sangat menyayangkan jika momen itu dimanfaatkan di rumah saja. Akhirnya kami memutuskan melihat kereta. Detik demi detik, ternyata lama juga menunggu kereta. "Pokoknya ngga mau balik, kalo belum ada kereta". Begitulah kata saya. Penantian kami membuahkan hasil, tak lama setelah itu muncul kereta komersi, dan kemudian menyusul pula kereta barang. Ada kejadian unik, kaum hawa mereka berteriak-teriak kepada masinis, ternyata masinis juga merespon simbol saranghae atau apapun itu namanya, intinya simbol love dari korea. Hahaha. Sungguh menyenangkan sekali. B aja si.




Akhirnya sesi matahari telah selesai, kami beranjak pulang kerumah dita dan melanjutkan pulang ke kosan kami.

Terimakasih dita, untuk kesempatan perjalanan yang sangat berkesan ini.

You May Also Like

0 komentar